Jumat, 19 April 2013

GADJAH MADA

Bagian 1
HIDUP YANG PENUH PERJUANGAN UNTUK MELAKSANAKAN PERSATUAN TUMPAH DARAH DAN NEGARA
Asal usus Gadjah Mada semuanya dilupakan dengan lalim oleh sejarah. Barangkali keadaan itu selaras pula dengan perbawa dan nasib Gadjah Mada. Dia tidak bertopang pada darah turunan, dan namanya terpaku dalam lembaran emass sejarah karena tujuan hidup yang tinggi dan maju kedepan atas tenaga usaha sendiri.
Menurut kepercayaan orang Bali, seperti tertulis dalam kitab Oesana Djawa Gadjah Mada itu dilahirkan di Pulau Bali dan pada suatu ketika pindah ke Majapahit. Menurut cerita itu juga Gadjah Mada tidak mempunyai ayah dan ibu melainkN terpancar dari buah kelapa sebagai penjelmaanSang HIang Narajana keatas dunia.
Tetapi berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan Gadjah Mada diperkirakan dilahirkan pada tahun 1300 disekaitar aliran sungai Berantas.
Gadjah Mada juga memepunyai beberapa nama lain seperti Empu Mada, Djaja Mada atau Dwirada Mada, menurut agama namanya adalah Lembu Muksa sebagai penjelmaan Maha Dewa Wisnu. Gadjah Mada artinya gajah yang galak-tangkas dan namanya waktu kecil tidak diketahui hingga sekarang.
Lebih dari empat puluh tahun Gadjah Mada berjuang dan bekerja segenap waktu untuk persatuan dan kepentingan negara. Dalam kitab Pararaton dijelaskan tentang perjalanan hidup Gadjah Mada secara garis besar. Pada tahun 1364 Gadjah Mada meninggal dunia dan tidak diketahui dimana jasadnya. Ada yang mengatakan di Majapahit ada pula yang mengatakan menenggelamkan diri di laut.




Bagian 2
TURUN NAIKNYA NEGARA MAJAPAHIT SEJAK LAHIR SAMPAI RUNTUHNYA DENGAN GADJAH MADA DIPUNJAK KEBESARAN (1292-1365)
Setelah tujuh puluh tahun  lamanya kerajaan Singasari berdiri (1222-1292), kerajaan Singasari pun runtuh karena serangan hebat dari pihak Kediri. Maka setelah hampir du tahun lamanya Indonesia mengalami zaman pancaroba akhirnya kerajaan Majapahit pun berdiri. Dalam kitab Pararaton disebutkan asal usul nama Majapahit dengan sebuah cerita bahwa pada suatu hari karena kekurangan makanan ada seseorang yang hendak memeakan buah pohon madja yang daunnya berduri, tetapi ternyata rasanya pahit dan dibuanglah buah itu. Tempat dimana buah itu dibuang kemudian diberi nama Majapahit. Cerita ini berisi perumpamaan bahwa Majapahit didirikan atas pahit getirnya usaha rakyat. Majapahit dinamai juga Wilwatikta.
Pada suati hari utusan dari Tiongkok mendapat penghinaan dari Raja Kertanegara yaitu dengan dilukai wajahnya. Karena hal itu datanglah bala tentara raja Tiongkok yang bernama Kubilai Kan yang akan membalasnya.tetapi pada tahun 1293 saat mereka datang ternyata raja Kertanegara telah meninggal tetapi mereka tidak mengetahuinya.
Kubilai Kan dikepalai oleh tiga orang jendral, yaitu Che-pi, Ji-k’o-mi-so dan Kau Hsing (1292). Diperjalanan orang-orang Tiongkok itu juga terkena hasut Widjaya sehingga mereka malah menyerang Raja Kediri (Djajakatoeang) dan raja Kediri pun kalah. Lalu setelah berhasil orang-orang Tiongkok itu malah dibunuh oleh Widjaya dengan pertolongan orang Daha dan Majapahit sendiri sehingga setelah perkelahian yang penuh seluk beluknya ini Widjaya lah yang keluar sebagai pemenang. Djajakatoeang jatuh ketangan Widjaya di Djoenggaloeh (Oejoeng Galoeh), dan setelah mengarang suattu kitab bernama Kidoeng Woekir Polaman lalu meninggal dunia, mungkin karena dibunuh. Semenjak saat itu hilanglah kerajaan Daha-Kediri dan berdirilah Majapahit, Widjaya menjadi raja dan bergelar Kertaradjasa Djawardana. Kertaradjasa mempunyai tiga orang anak dua prempuan dan satu laki-laki. Yang sulung diangkat jadi raja Putri Kahuripan (Djiwana), dan yang bungsu jadi Raja Putri Daha (Kediri). Dan ananda Dara Petak menjadi Raja Majapahit dengan nama Djajanegara.
Selama Djajanegara memimpin keadaan negeri tidak aman, banyak terjadi pemberontakan. Hingga pada suatu saat seseorang bernam Koeti berani dan berhasil mengusir Djajanegara dari Majapahit, sehingga raja terpaksa melarikan diri ke Babander dengan ditemani Gadjah Mada (1319). Atas kecerdikan Gadjah Mada Djajanegara dapat menjadi raja kembali dan Gadjah Mada kemudian diangkat menjadi patih tanah Kahuripan (1321), setelah itu berkuasa di Daha dan dalam atahun 1331 dia dijadikan Mangkubumi di Majapahit.

Bagian 3
GADJAH MADA MELANGKAH DENGAN KEBIJAKSANAAN TUMPAHAN DARAH KEDALAM USAHA NEGARA (1319-1331)
Pengabdian Gadjah Mada kepada negara pertama kali dimulai saat dia menjadi prajurit. Sesudah mendapat kemenangan dalam berperang kemudian dia diangkat menjadi kepala daerah. Dalam waktu 11 tahun (1319-1330) dia selalu mendapat perhatian dari pusat pemerintahan, sehingga karena keberanian dan kebijaksanaan memerintah dia berpindah ke pusat pemerintah dengan menjabat jawatan yang sangat tertinggi dalam seluruh negara. Tahun 1319 Gadjah Mada di Majapahit sebagai bayangkara dan pada tahun itu pula terjadi suatu pemberontakan yang hebat dan mengguncangkan kerajaan.
Setelah negeri aman, Gadjah Mada terbukti dengan segala keberanian hati dan kecerdaan otak menjalankan usaha dengan berhasil.
Karena dipandang cakap dan berani, maka setelah dua tahun Gadjah Mada lalu dipindahkan dari Kediri dan diangkat menjadi Patih Daha disekitar Malang untuk menggantikan Artja Tilam yang baru saja meninggal.



Bagian 4
GADJAH MADA MENJADI PATIH MANGKUBUMI DAN PERDANA MEMTERI NEGARA (1331)
Setelah beberapa lamanya sesudah api pemeberontakan Sadeng dipadamkan, kemudian Gadjah Mada diangkat menjadi Patih Majapahit yang dengan sendirinya juga menjadi mangkubumi. Patih Majapahit disebut juga patih Kediri-Djenggala, maksudnya patih mangkubumi yang menguasai seluruh negara Majapahit. Dengan menaiki angkatan-negara yang tinggi itu, maka patih mangkubumi Gadjah Mada mendapat kekusaan yang luas. Setelah beberapa lama lalu dia diangkat menjadi perdana menteri yang mengepalai kementerian negara.




Bagian 6
PERHUBUNGAN ANTARA ADITIAWARMAN DENGAN GADJAH MADA DAN ORANG BESAR DISEKELILING MEREKA (1325-1343)
Dintara bangsawan dan ahli negara ada seorang nusantara yang membantu Gadjah Mada namanya Aditiawarman. Dalam keadaan genting pada tahun 1331, yang menaikkan Gadjah Mada ke pusat pemerintahan, maka tiba-tiba dengan tangkas Aditiawarman mengepung dan menundukan Sadeng tempat kaum pemberontak berkumpul. Karena hal itu kaum pemberontak pun dapat ditundukan dan negeri kembali damai. Karena tindakan itu pula Artja Tadah dapat menyerahkan kekuasaannya kepada Gadjah Mada dan Gadjah mada pun diangkat menjadi Patih Mangkubumi.
Beberapa waktu sesudah tahun 1343 Aditiawarman meninggalkan Majapahit dan kembali ke kempung halaman Minangkabau dengan memindahkan pusat kerajaan dari darmasraja (Sidjoendjoeng) ke kaki gunung merapi di tepi Batang Bengkawas. Persahabatan yang pada awalnya baik dengan ahli-ahli politik Gadjah Mada pada tahun1343 berubah menjadi dingin dan sesudah tahun 1345 sudah menjadi saling segan-menyegani.
Pada tahun 1351 setelah Hayam Wuruk naik tahta Gadjah Mada diberi kuasa memperbaiki candi di dekat Singasari, yang memperingati Kertanegara (1268-92), yang mati terbakar di dalam keratin bersama-sama dengan patih dan beberapa orang agama. Keadaan ini memperingatkan kenang-kenangan raja kepada kerajaan Singasari yang telah runtuh, dan pada kesetiaan hati Gadjah Mada kepada daerah Malang yang mengikat hatinya sejak dari muda hingga hari tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar