Jumat, 19 April 2013

Museum Sonobudoyo



1.    Riwayat museum Sonobudoyo
Pada tahun 1924 sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali dan Lombok mengadakan kongres di Surakarta dan memutuskan untuk mendirikan sebuah museum di Yogyakarta yang sekarang bernama Sonobudoyo. Dan pada tahun 1913 dibentuklah panitia perencanaan pendirian museum  yang beranggotakan antara lain Ir.Th.Karsten,P.H.W. Sitsen, Koperberg. Akhirnya pada tahun 1934 museum Sonobudoyo selesai dibangun, museum Sonobudoyo dibangun diatas tanah tanah bekas “schauten” tanah hadiah dari Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan ditandai dengan candrasengkala “buta ngrasa esthining lata” yang berarti tahun 1865 jawa atau tahun 1934. Tetapi museum Sonobudoyo baru diresmikan pada tanggal 6 November tahun 1935 dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII yang ditandai dengan candrasengkala “kayu winayang ing brahmanabudha”  yang berarti 9 ruwah tahun 1866 jawa atau 6 November 1935. Museum Sonobudoyo pernah dikelola oleh berbagai orang, pada masa pendudukan Jepang Museum Sonobudoyo dikelola oleh Bupati Panirdyopati Wiyoto Prajo (kantor social bagian pengajaran). Pada zaman kemerdekaan dikelola oleh Bupati Utorodyopati Budaya Pratiwa yaitu jajaran pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Lalu pada takhir tahun 1974 museum Sonobudoyo ke pemerintah Pusat / Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan secara langsung bertanggung jawab kepada Direktorat Jendral Kebudayaan dengan mulai berlakunya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai otonomi daerah. Pada Januari 2001 museum Sonobudoyo bergabung dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi DIY.
2.    Museum Sonobudoyo
Museum Sonobudoyo berlokasi di pusat kota berada dalam lokasi yang strategis, berada dalam lingkungan Pusat Budaya Yogyakarta yang banyak mendapatkan perhatian dari berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negeri yaitu di sebelah utara Alun – alun Utara Kraton Yogyakarta, memiliki koleksi budaya terlengkap setelah museum pusat Jakarta. Bangunan Museum Sonobudoyo merupakan rumah joglo dengan arsitektur masjid keraton kesepuhan Cirebon. Didesain oleh Ir Th Karsten. Bangunan dengan arsitketur jawa ini dibangun tahun 1935 sebuah gapura yang bentuk arsikteknya menyerupai gapura pada Masjid Kudus menghubungkan pendopo dengan bangunan joglo induk, yang keseluruhannya merupakan arsitektur bangunan yang indah. luas bangunan 7.867 m2. Bangunan ini terdiri : ruang pameran, pendapa kecil, pendapa besar, gandok  kiri dan kanan, gudang, laboratorium, ruang konsevasi, perpustakaan, audotorium, dan perkantoran.
Museum Negeri Sonobudoyo merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, mempunyai fungsi pengelolaan benda museum yang memiliki nilai budaya ilmiah, meliputi koleksi pengembangan dan bimbingan edukatif cultural. Sedangkan tugasnya adalah mengumpulkan, merawat, pengawetan, melaksanakan penelitian, pelayanan pustaka, bimbingan edukatif cultural serta penyajian benda koleksi Museum Negeri Sonobudoyo.
Museum Sonobudoyo sebagai museum provinsi kedepannya di harapkan akan menjadi gambaran dari fungsi museum dalam hal pelayanan dan optimalisasi Fungsi, dengan melihat potensi yang dimiliki, sehingga akan mempunyai prospek dan peluang untuk lebih dikembangkan dan ditingkatkan, dalam rangka menghadapi persaingan baik pada level Nasional maupun Internasional.

3.    Koleksi museum Sonobudoyo
Sampai saat ini Museum Sonobudoyo memiliki 42.698 buah koleksi yang dibagi menjadi 10 kategori, yaitu: koleksi geologi, biologi, etnografi, arkeologika, historika, numismatika, filologika, keramologi, seni rupa, dan teknologika. Benda-benda koleksi Museum Sonobudoyo itu ada yang dipamerkan di luar dan di dalam gedung. Koleksi yang dipamerkan di luar gedung museum umumnya terbuat dari batu yang relatif tahan terhadap cuaca, yang terdiri dari berbagai macam patung dari zaman kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa Tengah dan Jawa Timur, benda-benda kelengkapan upacara, serta bagian dan hiasan candi. Sedangkan, benda-benda yang dipamerkan di dalam museum adalah benda-benda yang peka terhadap pengaruh cuaca, kotoran, cahaya dan bahkan serangga. Benda-benda itu umumnya dimasukkan ke dalam vitirin, guna melindunginya dari proses kerusakan. Benda-benda yang dipamerkan di dalam museum diantaranya adalah: (1) berbagai macam hasil karya seni yang terbuat dari kayu dan bambu, seperti topeng Jawa dan Bali, wayang golek, puluhan model perahu serta tandu (jempono) yang diantaranya adalah tandu lawak dari zaman Sultan Hamengku Buwono I, tandu Kyai Kudus, Kyai Purbonegoro, dan Kyai Wegono Putro; (2) berbagai macam jenis batik beserta peralatan pembuatnya; dan (3) benda-benda yang terbuat dari perunggu, emas, perak dan besi seperti, patung kuwera, genta dari Kalasan, lampu gantung berbentuk kenari serta seperangkat gamela Jawa dan Cirebon serta senjata (mandau, rencong dan keris). Museum Sonobudoyo menyimpan sekitar 1200-an koleksi keris yang sebagian besar merupakan sumbangan dari Java Institut dan sebuah wesi buddha, yang merupakan bahan baku pembuat keris yang digunakan sekitar tahun 700 Masehi. Di museum Sonobudoyo juga terdapat puluhan ribu judul buku, khususnya terbitan sebelum Perang Dunia II. Di samping itu dapat pula dijumpai manuskrip (naskah tulisan tangan) berhuruf Jawa dan Arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar