Menurut
Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 1995
Museum adalah lembaga penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda
bukti material manusia serta alam dan lingkungan guna menunjang upaya
perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Sedangkan menurut International
Council of Museums disingkat ICOM, museum adalah institusi
permanen, nirlaba,
melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha
pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda
nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan,
dan kesenangan. Karena
itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi
kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan dan sejak
tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai hari Hari Museum
Internasional. Di
Indonesia, museum
pertama kali berdiri
pada tanggal 24 april 1778 yang dipelopori oleh Bataviaacsh Genootschap Van
Kunsten en Wetenschaapen yaitu pencinta seni dan ilmu pengetahuan bangsa
Eropa yang tinggal di Batavia (Jakarta).
Di
sekitar area Keraton Yogyakarta, terdapat satu museum khusus yang
tidak dapat ditemui di tempat lain. Museum itu adalah Museum Kereta Keraton
Yogyakarta. Bukan kereta uap atau
kereta api yang menjadi koleksi museum ini, melainkan kereta kuda
milik keraton Kasultanan Yogyakarta. Keberadaan Museum Kereta sudah
dirintis pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Kereta koleksi museum ini telah
berusia puluhan bahkan ada mencapai lebih dari seratus tahun. Beberapa masih
digunakan dalam upacara-upacara kebesaran keraton.
Yang tidak pernah digunakan umumnya karena pertimbangan usia dan sejarah yang
pernah dilalui kereta-kereta tua itu. Museum Kereta terletak masih dalam lingkungan Keraton Yogyakarta bagian barat daya alun-alun utara,
tepatnya di Jalan Rotowijayan. Saat ini, museum ini memiliki koleksi sebanyak 23 buah kereta kuda.
Penamaan
masing-masing kereta kuda tersebut seiring dengan
kepercayaan orang-orang Jawa akan adanya roh atau kekuatan pada tiap benda.
Lebih dari itu, penamaan dilakukan karena kereta-kereta tersebut telah banyak
berjasa dan telah dianggap sebagai pusaka keraton. Kereta-kereta milik keraton tersebut masing-masing
diberi nama dan memiliki kegunaan khusus.
1. Kereta Kyai Jongwiyat.
Buatan Belanda (Den Haag) tahun 1880. Peninggalan Sri Sultan HB VII, dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan, misalnya untuk memeriksa barisan prajurit dan sebagainya. Sri Sultan HB VII adalah sultan yang paling banyak melakukan peperangan dengan Belanda. Kereta ini ditarik oleh 6 ekor kuda. Pada saat Sri Sultan HB X menikahkan putrinya kareta ini kembali dipergunakan. Beberapa bagian dari kareta ini sudah mengalami renovasi, misalnya warna cat yang sudah diganti menjadi kuning.
Buatan Belanda (Den Haag) tahun 1880. Peninggalan Sri Sultan HB VII, dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan, misalnya untuk memeriksa barisan prajurit dan sebagainya. Sri Sultan HB VII adalah sultan yang paling banyak melakukan peperangan dengan Belanda. Kereta ini ditarik oleh 6 ekor kuda. Pada saat Sri Sultan HB X menikahkan putrinya kareta ini kembali dipergunakan. Beberapa bagian dari kareta ini sudah mengalami renovasi, misalnya warna cat yang sudah diganti menjadi kuning.
2. Kereta Kyai Jolodoro.
Buatan Belanda 1815. Peninggalan Sri Sultan HB IV. Kereta Jolodoro adalah kareta pesiar (dari kata “Jolo” = menjaring, “Doro” = gadis). Pengendali atau sais berdiri dibelakang. Dikendalikan oleh 4 ekor kuda.
Buatan Belanda 1815. Peninggalan Sri Sultan HB IV. Kereta Jolodoro adalah kareta pesiar (dari kata “Jolo” = menjaring, “Doro” = gadis). Pengendali atau sais berdiri dibelakang. Dikendalikan oleh 4 ekor kuda.
3. Kereta Roto Biru
Buatan Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII. Dinamakan Roto Biru mungkin karena kareta ini didominasi oleh warna biru cerah sampai ke bagian roda-nya. Dipergunakan untuk manggala yudha bagi panglima perang. Pada saat HB X menikahkan putrinya, kereta ini dipergunakan untuk mengangkut besan mertua. Kareta ini ditarik oleh 4 ekor kuda.
Buatan Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII. Dinamakan Roto Biru mungkin karena kareta ini didominasi oleh warna biru cerah sampai ke bagian roda-nya. Dipergunakan untuk manggala yudha bagi panglima perang. Pada saat HB X menikahkan putrinya, kereta ini dipergunakan untuk mengangkut besan mertua. Kareta ini ditarik oleh 4 ekor kuda.
4. Kyai
Rejo Pawoko
Buatan tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII yang diperuntukkan sebagai sarana transportasi bagi adik-adik Sultan. Ditarik oleh 4 ekor kuda. Konon dibelinya bersamaan dengan lahirnya Pak Karno ditahun 1901.
Buatan tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII yang diperuntukkan sebagai sarana transportasi bagi adik-adik Sultan. Ditarik oleh 4 ekor kuda. Konon dibelinya bersamaan dengan lahirnya Pak Karno ditahun 1901.
5. Kereta Landower.
Kereta ini dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901, buatan Belanda. Dahulu sempat dipamerkan di Hotel Ambarukmo. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Kereta ini dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901, buatan Belanda. Dahulu sempat dipamerkan di Hotel Ambarukmo. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
6. Kereta Premili.
Kereta ini dirakit di Semarang pada tahun 1925 dengan spare-part yang didatangkan dari Belanda. Digunakan untuk menjemput penari-penari Kraton. Ditarik oleh 4 ekor kuda. Pada salah satu bagian rodanya tertulis “G.Barendsi”.
Kereta ini dirakit di Semarang pada tahun 1925 dengan spare-part yang didatangkan dari Belanda. Digunakan untuk menjemput penari-penari Kraton. Ditarik oleh 4 ekor kuda. Pada salah satu bagian rodanya tertulis “G.Barendsi”.
7. Kereta Kus No:10 (baca : Kus Sepuluh).
Buatan Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII. Aslinya adalah kareta Landower dan bisa dipergunakan untuk pengantin. Cat aslinya yang berwarna hijau sudah diganti menjadi kuning dan dipercayai mengandung makna politis (warna salah satu parpol) pada saat dilakukan pengecatan ulang.
Buatan Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII. Aslinya adalah kareta Landower dan bisa dipergunakan untuk pengantin. Cat aslinya yang berwarna hijau sudah diganti menjadi kuning dan dipercayai mengandung makna politis (warna salah satu parpol) pada saat dilakukan pengecatan ulang.
8. Kereta Kapulitin.
Merupakan kereta untuk pacuan kuda/bendi. Dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB VII yang memang menggemari olah raga berkuda. Kereta ini hanya ditarik oleh 1 ekor kuda saja.
Merupakan kereta untuk pacuan kuda/bendi. Dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB VII yang memang menggemari olah raga berkuda. Kereta ini hanya ditarik oleh 1 ekor kuda saja.
9. Kereta Kyai Kutha Kaharjo.
Dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB IX, buatan Berlin tahun 1927. Dipergunakan untuk mengiringi acara-acara yang diselenggarakan oleh Kraton, ditarik oleh 4 ekor kuda.
Dibeli pada jaman pemerintahan Sri Sultan HB IX, buatan Berlin tahun 1927. Dipergunakan untuk mengiringi acara-acara yang diselenggarakan oleh Kraton, ditarik oleh 4 ekor kuda.
10. Kereta Kus Gading.
Dibeli pada masa Sri Sultan HBVIII. Buatan Belanda pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Dibeli pada masa Sri Sultan HBVIII. Buatan Belanda pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
11. Kereta Kyai Puspoko Manik.
Kereta buatan Belanda (Amsterdaam) yang dipergunakan sebagai pengiring acara-acara Kraton termasuk untuk pengiring pengantin. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Kereta buatan Belanda (Amsterdaam) yang dipergunakan sebagai pengiring acara-acara Kraton termasuk untuk pengiring pengantin. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
12. Kereta Roto Praloyo.
Merupakan kareta jenazah yang dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1938. Kareta inilah yang membawa jenazah Sultan dari Kraton menuju Imogiri. Ditarik oleh 8 ekor kuda.
Merupakan kareta jenazah yang dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1938. Kareta inilah yang membawa jenazah Sultan dari Kraton menuju Imogiri. Ditarik oleh 8 ekor kuda.
13. Kereta Kyai Jetayu.
Dibeli pada masa Sri Sultan HBVIII pada tahun 1931. Diperuntukkan sebagai alat transportasi bagi putri-putri Sultan yg masih remaja. Ditarik oleh 4 ekor kuda dengan pengendali yang langsung berada diatas kuda.
Dibeli pada masa Sri Sultan HBVIII pada tahun 1931. Diperuntukkan sebagai alat transportasi bagi putri-putri Sultan yg masih remaja. Ditarik oleh 4 ekor kuda dengan pengendali yang langsung berada diatas kuda.
14. Kereta Kyai Harsunaba.
Kereta ini merupakan sarana transportasi sehari-hari dari masa Sri Sultan HBVI-VIII. Dibeli pada tahun 1870. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Kereta ini merupakan sarana transportasi sehari-hari dari masa Sri Sultan HBVI-VIII. Dibeli pada tahun 1870. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
15. Kereta Kyai Wimono Putro.
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI tahun 1860. Dipergunakan pada saat upacara pengangkatan putra mahkota. Kondisinya masih asli (warna kayu). Ditarik oleh 6 ekor kuda.
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI tahun 1860. Dipergunakan pada saat upacara pengangkatan putra mahkota. Kondisinya masih asli (warna kayu). Ditarik oleh 6 ekor kuda.
16. Kereta Kyai Manik Retno
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB IV tahun 1815, buatan Belanda. Merupakan kareta untuk pesiar Sultan bersama permaisuri. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB IV tahun 1815, buatan Belanda. Merupakan kareta untuk pesiar Sultan bersama permaisuri. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
17. Kereta Kanjeng Nyai Jimad.
Merupakan pusaka Kraton, buatan Belanda tahun 1750. Asli-nya hadiah dari Spanyol yang pada saat itu sudah memiliki hubungan dagang dengan pihak kerajaan. Dipergunakan sebagai alat transportasi sehari-hari Sri Sultan HB I - III. Ditarik oleh 8 ekor kuda. Kondisi seluruhnya masih asli. Per kereta terbuat dari kulit kerbau. Setiap bulan Suro setahun sekali dilakukan upacara pemandian. Air yang dipergunakan untuk membersihkan kareta banyak yang memperebutkan.
Merupakan pusaka Kraton, buatan Belanda tahun 1750. Asli-nya hadiah dari Spanyol yang pada saat itu sudah memiliki hubungan dagang dengan pihak kerajaan. Dipergunakan sebagai alat transportasi sehari-hari Sri Sultan HB I - III. Ditarik oleh 8 ekor kuda. Kondisi seluruhnya masih asli. Per kereta terbuat dari kulit kerbau. Setiap bulan Suro setahun sekali dilakukan upacara pemandian. Air yang dipergunakan untuk membersihkan kareta banyak yang memperebutkan.
18. Kereta Mondro Juwolo
Ini adalah kereta yang dulunya dipakai oleh Pangeran Dipenogoro. Catnya diperbarui pada saat diadakannya Festival Kraton Nusantara. Buatan Belanda tahun 1800. Ditarik oleh 6 ekor kuda. Fungsinya adalah sebagai alat transportasi.
Ini adalah kereta yang dulunya dipakai oleh Pangeran Dipenogoro. Catnya diperbarui pada saat diadakannya Festival Kraton Nusantara. Buatan Belanda tahun 1800. Ditarik oleh 6 ekor kuda. Fungsinya adalah sebagai alat transportasi.
19. Kereta Garudo Yeksa.
Kereta buatan Belanda tahun 1861 pada masa Sri Sultan HB VI. Kareta ini dipergunakan untuk penobatan seorang Sultan. Ditarik 8 ekor kuda yg sama (warna, kelamin). Dilakukan upacara pemadian setiap setahun sekali setiap dibulan Suro. Disebut juga sebagai Kereta Kencana (kereta emas). Semuanya yang ada di kereta ini masih asli termasuk simbol/lambang Burung Garudanya yang terbuat dari emas 18 karat seberat 20kg. Hanya digosok atau dibersihkan pada saat akan ada upacara penobatan karena kalau terlalu sering digosok emasnya akan terkikis. Konon sekitar 6-7gram emas akan hilang setiap kali digosok/dibersihkan. Bentuk mahkota-nya yang terbuat dari kuningan dengan puncaknya berbentuk seperti Tugu Monas karena konon Soekarno memang menggunakan bentuk mahkota ini untuk membuat desain Tugu Monas. Design kereta datang dari Sri Sultan HB I. Uniknya apabila pintu kereta dibuka maka akan ada tangga turun dengan sendirinya seperti yang sering dijumpai pada pintu-pintu pesawat terbang. Pengendali kuda hanya 1 orang. Kereta ini masih dipakai sampai sekarang.
Kereta buatan Belanda tahun 1861 pada masa Sri Sultan HB VI. Kareta ini dipergunakan untuk penobatan seorang Sultan. Ditarik 8 ekor kuda yg sama (warna, kelamin). Dilakukan upacara pemadian setiap setahun sekali setiap dibulan Suro. Disebut juga sebagai Kereta Kencana (kereta emas). Semuanya yang ada di kereta ini masih asli termasuk simbol/lambang Burung Garudanya yang terbuat dari emas 18 karat seberat 20kg. Hanya digosok atau dibersihkan pada saat akan ada upacara penobatan karena kalau terlalu sering digosok emasnya akan terkikis. Konon sekitar 6-7gram emas akan hilang setiap kali digosok/dibersihkan. Bentuk mahkota-nya yang terbuat dari kuningan dengan puncaknya berbentuk seperti Tugu Monas karena konon Soekarno memang menggunakan bentuk mahkota ini untuk membuat desain Tugu Monas. Design kereta datang dari Sri Sultan HB I. Uniknya apabila pintu kereta dibuka maka akan ada tangga turun dengan sendirinya seperti yang sering dijumpai pada pintu-pintu pesawat terbang. Pengendali kuda hanya 1 orang. Kereta ini masih dipakai sampai sekarang.
20. Kereta Landower Wisman.
Dibeli dari Belanda pada tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII dan direnovasi pada tahun 2003, Dipergunakan sebagai sarana transportasi pada saat melakukan penyuluhan pertanian. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Dibeli dari Belanda pada tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII dan direnovasi pada tahun 2003, Dipergunakan sebagai sarana transportasi pada saat melakukan penyuluhan pertanian. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
21. Kereta Landower Surabaya.
Kereta ini sudah dipesan dari masa Sri Sultan HB VII dan baru bisa dipakai pada saat masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII. Kareta ini buatan Swiss dan dipergunakan sebagai sarana transportasi penyuluhan pertanian di Surabaya.
Kereta ini sudah dipesan dari masa Sri Sultan HB VII dan baru bisa dipakai pada saat masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII. Kareta ini buatan Swiss dan dipergunakan sebagai sarana transportasi penyuluhan pertanian di Surabaya.
22. Kereta Landower
Kareta ini buatan Belanda jaman pemerintahan Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Kareta ini buatan Belanda jaman pemerintahan Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
23. Kyai
Noto Puro.
Kareta ini buatan Belanda pada masa pemerintahan Sri Sultan HBVII yang aslinya dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan. Bentuk fisiknya sudah mengalami renovasi. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Kareta ini buatan Belanda pada masa pemerintahan Sri Sultan HBVII yang aslinya dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan. Bentuk fisiknya sudah mengalami renovasi. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Selain
koleksi kereta,
kita juga bisa melihat replika pelana yang dipergunakan oleh Sultan, yaitu
Pelana Kyai Cekatha. Pelana Sultan yang asli mengandung emas dan butiran
berlian. Beberapa pelana terbuat dari kulit macan. Ada juga koleksi pakaian dan
aksesori pengendali kuda.
Seperti
yang sudah saya paparkan di muka dapat kita lihat bahwa dengan kita berkunjung
ke sebuah museum terutama museum kereta ini kita dapat mengetahui sejarah pada
masa itu, peristiwa-peristiwa pada masa itu yang secara langsung maupun tidak
langsung peristiwa pada saat itu menggunakan kereta-kereta yang ada di museum
ini. Dengan begitu kita dapat menambah wawasan/ilmu pengetahuan kita tentang
sejarah Indonesia khususnya Yogyakarta, kita dapat belajar dari masa lalu
melalui kereta-kereta yang ada di museum ini. Selain itu, kita juga dapat
belajar dari kereta atau museum ini, belajar dari masa lalu agar kita bisa
lebih baik di masa sekarang maupun yang akan datang atau dengan kata lain
Museum Kereta Keraton Yogyakarta ini memiliki fungsi edukatif bagi masyarakat
yang berkunjung ke museum ini. Selain fungsi edukatif, museum kereta ini juga
mempunyai fungsi inovatif, imajinatif dan rekreatif. Untuk fungsi inovatif,
jika kita berkunjung ke museum ini maka kita bisa memiliki inovasi-inovasi
untuk melakukan dan atau membuat hal-hal atau barang-barang baru. Semisal, bisa
kita lihat banyak andong atau kereta andong yang lalu lalang di sekitar kita
terlebih di pusat kota Yogyakarat atau di daerah Keraton. Kereta andong
tersebut adalah hasil inovasi dari Kereta yang ada di Museum Kereta Keraton
Yogyakarta yang tidak lain adalah Kereta Kanjeng Nyai Jimad, Kereta Kanjeng
Nyai Jimad ini merupakan nenek moyang kereta-kereta kuda seperti andong
sekarang ini. Fungsi imajinatif dari museum ini adalah dengan kita berkunjung
ke Museum Kereta Keraton Yogyakarta kita dapat dengan mudah berimajinasi masuk
ke zaman dimana kereta-kereta tersebut dipergunakan oleh keluarga Raja atau
bangsawan pada waktu itu. Terlebih jika kita menggunakan jasa pemandu yang ada
di museum tersebut, kita akan lebih mudah untuk mengembangkan imajinasi kita.
Selain fungsi-fungsi tersebut diatas, Museum Kereta Keraton Yogyakarta juga
merupakan tempat yang asik dan cocok untuk rekreasi keluarga. Selain tempatnya
yang satu komplek dengan wisata Keraton yang lain, museum ini juga dapat
memberikan kesenangan, pengetahuan dan hiburan bagi anak-anak bahkan orang
dewasa sekalipun. Selain itu dengan berkunjung ke museum ini bisa meningkatkan
atau membangun rasa keingin tahuan anak terhadap daerahnya yaitu Yogyakarta
yang sebelumnya sama sekali awam. Melihat koleksi yang ada di Museum Kereta
Keraton Yogyakarta, bila dikaitkan dengan hakikat sejarah menurut saya lebih
condong ke hakikatnya sebagai peristiwa. Saya berpendapat seperti itu karena
kejadiajn atau peristiwa yang berhubungan dengan koleksi yang dimiliki museum
ini tidak dapat diulang kembali, seperti kejadian-kejadian yang telah dilalui
oleh kereta kereta tersebut tidak mungkin diulang kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar